Seputar Foto dan Video Jurnalistik
Foto Jurnalistik

Para pewartanya harus selalu berada di garis depan.
Mereka pun selalu siaga di garis belakang dalam mewartakan sebuah berita kepada
masyarakat luas. Pewarta foto juga dituntut sigap dalam menangkap setiap
“momentum” dari sebuah peristiwa, membingkainya dengan dalam sebuah gambar yang
berbeda dari apa yang dilihat oleh khalayak awam. Pun yang terpenting, mereka
harus mengerti dan paham atas peristiwa yang sedang diabadikannya.
Dasar kelahiran pertumbuhan jurnalistik foto, menurut
Soelarko ditentukan oleh tiga faktor:
1. Rasa ingin tahu manusia, yang merupakan naluri
dasar, yang menjadi wahana kemajuan.
2. Pertumbuhan media massa sebagai media audio
visual, yang memuat tulisan (atau uraian mulut) dan gambar (termasuk gambar
yang hidup).
3. Kemajuan teknologi, yang memungkinkan terciptanya kemajuan fotografi dengan pesat (termasuk perfilm-an dan video untuk pemberitaan).
3. Kemajuan teknologi, yang memungkinkan terciptanya kemajuan fotografi dengan pesat (termasuk perfilm-an dan video untuk pemberitaan).
Dalam dunia jurnalistik, foto merupakan kebutuhan
yang vital. Sebab foto merupakan salah satu daya pemikat bagi para pembacanya.
Selain itu, foto merupakan pelengkap dari berita tulis. Penggabungan keduanya,
kata-kata dan gambar, selain menjadi lebih teliti dan sesuai dengan kenyataan
dari sebuah peristiwa, juga seolah mengikutsertakan pembaca sebagai saksi dari
peristiwa tersebut.
Esensi dari foto jurnalistik adalah suatu foto atau
gambar yang dapat bercerita atau memaparkan kejadian apa yang terjadi dalam
foto tersebut.
Kelebihan dari sebuah foto sebagai medium komunikasi
visual menjadikan lebih mudah dipahami dari pada tulisan yang membutuhkan
tenaga dan pikiran.
Dalam foto jurnalistik terdapat kategori-kategori
untuk membedakan suatu foto itu termasuk kedalam karya foto jurnalis atau
bukan.
Ada 3 kategori yaitu :
1.Foto
Human Interest
Foto dalam hal ini biasanya menampilkan manusia dan
lingkungannya, sesuai dengan namanya. Foto ini membawa pesan tentang sisi
kemanusiaan yang dapat menggugah rasa kemanusiaan orang yang melihatnya.
2.Foto
Feature
Biasanya foto feature di gunakan untuk menerangkan
atau memperkuat suatu tulisan baik di majalah, koran dan lain-lain. Tetapi
tidak menutup kemungkinan bahwa foto yang di pakai dalam foto feature juga merupakan
foto Human Interest.tetapi perbedaan diantara foto-foto lain adalah pada hal
yang ditampilkan. Biasanya yang ditampilkan bukan peristiwa utamanya, tetapi
sisi lain dari berita atau peristiwa tersebut.
3.Foto Berita (Spot News atau On The Spot)
Dalam membuat Spot News kita berpedoman atau memuat
unsur What, Why, Who, Where, When and
How. Foto inimenampilkan gambar-gambar yang tanpa membaca keterangan atau
resensi yang ada sudah dapat bercerita atatu bisa dikatakan berdiri sendiri..
semakin banyak informasi yang terekam dalam foto tersebut, semakin layak foto
tersebut. Akan tetapi terbatas pada kehangatan berita yang disajikan. Waktu
yang terbatas akan membuat foto berita ini cepat basi. Namun foto ini masih
dapat digunakan walaupun hanya sebatas dokumen.
Teknik foto jurnalistik haruslah memiliki unsur :
Ide, setiap wartawan foto tidak boleh hanya melihat
peristiwa yang sedang atau telah terjadi, tetapi harus dapat belajar dari ide
agar bisa mengetahui sesuatu yang akan terjadi;
Latar belakang, wartawan foto dituntut untuk
mengetahui story di balik ide dan jika ada harus diketahui kemana arah story
tersebut;
Sumber daya manusianya, wartawan foto harus memiliki
kemampuan untuk menampilkan story dalam bentuk foto;
Lokasi, untuk mencapai unsur believeability dan orisinalitas karya, wartawan foto harus
turun ke lapangan dan ikut serta secara
langsung di tempat kejadian;
Assembly, foto yang telah didapat harus di-assembling
(dikembangkan) sehingga menjadi rangkaian yang utuh;
Video Jurnalistik
Apa itu video dan apa itu jurnalistik? Video adalah
teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang
gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau
media digital. Sedangkan jurnalistik sendiri adalahilmu yang mempelajari tentang
analisis data, fakta, atau fenomena yang terjadi dalam semua aspek terutama
aspek ekonomi,sosial, budaya, politik dan keilmuan. Orang yang bergelut dalam
bidang jurnalistik disebut jurnalis atau wartawan. Dimana mereka bekerja untuk
memperoleh dan mengumpulkan data terbaru, akurat yang sifatya bisa memberikan
informasi dalam bentuk berita tulis maupun gambar beserta suara pada masyarakat
luas.
Jika kedua kata diatas di satukan maka akan
terbentuklah suatu pengertian baru yaitu, video jurnalistik adalah laporan
berita yang dipaparkan dalam bentuk gambar gerak (rekaman video), yang sering
kita lihat dalam media pertelevisian. Banyak penikmat berita yang memilih untuk
mengetahui pemberitaan secara langsung atau live report, melalui TV
dibandingkan harus membuka surat kabar yang ukurannya cukup besar. Adapun video
jurnalistik biasanya memuat sebuah pristiwa yang sedang terjadi seperti,
tawuran, demo, kebakaran dll yang notabenenya adalah sebuah peristiwa yang
tidak mungkin terulang. Video jurnalistik seperti yang di contohkan diatas bisa
dimasukan kedalam kategori straight news. Berita yang tidak terlalu dalam namun
tetap memuat syarat-syarat penulisan berita seperti 5W+1H. Biasanya video
seperti itu hanya berdurasi 1-3 menit sesuai informasi yang ingin disampaikan
oleh wartawan tersebut.

Dalam pembuatan video jurnalistik ini memiliki
sistematik penyusunan atau editing poin dari video-video yang sudah terekam.
Dengan durasi yang sedikit biasanya editor video hanya akan mengambil angle
rekaman yang memang pas dan berkesinambungan dengan video lainnya. Sehingga
terciptalah sebuah tampilan berita yang menguak sebuah pristiwa secara utuh
dalam durasi yang singkat. Apa saja urutan pengambilan video dengan angle yang
beraturan?
WS = Wide Shoot = pengambilan angle gambar/rekaman
yang dapat menunjukan seluruh keadaan lingkungan atau lokasi pada saat
peristiwa terjadi. *contoh : di sebuah demo yang melibatkan ribuan masa pasti
membutuhkan ruang gerak yang luas pula, maka kameramen/wartawan tersebut harus
mengambil angle yang dapat memperlihatkan peristiwa tertsebut secara utuh.
Entah itu demonstrannya, pengamannanya, lokasinya dll harus dapat terekam dalam
satu sudut pengambilan gambar. Mengapa? Karena dengan seperti itu secara tidak
langsung kita sedang menginformasikan apa pristiwanya, dimana pristiwa itu
berlangsung dan siapa saja yang terlibat dalam pristiwa tersebut.
MS = Medium Shoot pengambilan gambar/rekaman yang
melibatkan objek yang lebih terfokus, tidak menyeluruh seperti pada WS. *contoh
: dalam sebuah aksi demo maka kameramen/wartawan mengambil gambar para
pendemonstran yang berkerumun tanpa harus memasukan lagi aspek lingkungan yang
terlalu luas. Mengapa? Disini kita akan menampilkan sudut pandang human interes
yang menggambarkan betapa mereka memperjuangkan suatu hal dengan lelahnya,
sembari menanti para petinggi menanggapi mereka. Disitulah kepekaan angle
dibutuhkan untuk memunculkan rasa tersebut.
MCU = Medium Close Up pengambilan gambar/rekaman yang
tertuju pada aspek pendukung yang ada dalam peristiwa tersebut. *contoh : dalam
aksi demonstrasi pasti ada spanduk, karton dengan tulisan mengecam, mega phone,
baju bertuliskan kecaman dan atribut lainnya pendukung aksi protes yang di
lontarkan. Aspek-aspek tersebutlah yang akan mendukung rekaman video kita
menjadi lebih hidup, menjadi tidak monoton dan membosankan.
CU = Close Up pengambilan gambar/rekaman ini
bertujuan untuk menegaskan tokoh yang terlibat dalam pristiwa tersebut.
Penokohan disini haruslah kuat untuk menunjang pemberitaan yang faktual. contoh : pengambilan gambar lebih terfokus kepada pelaku seperti
pendemonstran/orator, petugas keamanan, pejabat yang di demo dll. Yang jelas
rekaman tersebut memuat sebuah fokus utama dalam permasalahan yang ada pada
saat peristiwa tersebut berlangsung.
Masih banyak hal teknis an teoritis yang harus
diperhatikan dalam pembuatan video jurnalistik. Namun dasar yang disampaikan
diatas sepertinya cukup untuk menstimulasi keingin tahuan para pembaca dalam hal
video jurnalistik. Tunggu pemaparan lainnya yang lebih menari dalam “orat-oret
singkat ogoraphobia” dilain kesempatan, semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi yang membacanya.
https://maribelajarfoto.wordpress.com/2012/11/15/apa-itu-fotografi-jurnalistik
http://ogoraphobia.blogspot.co.id/2013/05/belajar-mengenal-video-jurnalistik.html
Komentar
Posting Komentar